Lampion merupakan
salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dari perayaan Imlek. Imlek tidak
akan meriah tanpa kehadiran lentera berbentuk bulat dengan warna merah menyala
yang digantung mengelilingi tempat perayaan Imlek. Warna merah menggambarkan
perasaan suka cita. Lampion merah dianggap sebagai simbol kebahagiaan, dan
dipasang untuk event-event kegembiraan seperti Imlek.
Lampion ini digambari
dan dihiasi ornamen-ornamen macam-macam, dan huruf-huruf kaligrafi. Lampion ada
yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, dan dari bordiran-bordiran kain
sutra dan lain-lain. Ada banyak versi tentang legenda lampion merah.
Salah satu sumber
menyebutkan bahwa lampion sudah ada sejak zaman dinasti Xi Han kira-kira 1800 tahun yang lalu. Lampion ada
yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, dan dari bordiran-bordiran kain
sutra dan lain-lain. Namun yang terbuat dari kertas baru dimulai sejak di
Tiongkok ditemukannya teknik pembuatan kertas oleh Cailun yaitu pada zaman
dinasti Han Timur (tahun 25-220 M ).
Sejak zaman Dinasti
Han hingga Tang, lampion telah disahkan sebagai simbol penyambutan hari raya
imlek. Saat dinasti Ming Zhu Yuan Chang (tahun 1368–1644 M), ribuan lampion
sengaja dibiarkan mengambang di atas air ketika memproklamirkan ibu kota negara
Nanjing.
Namun ada versi lain
tentang sejarah lampion yang banyak beredar. Yaitu tentang sejarah lampion
(Teng Lo Leng atau Teng Lung) yang dimulai pada zaman dinasti Ming. Pada waktu
ada seorang perampok budiman bernama Lie Cu Seng di kota Kaifeng. Dia adalah
Robin Hood di zamannya. Karena Lie Cu Seng
hanya merampok orang-orang kaya pelit, dan hasil rampokannya dibagikan ke
orang miskin.
Namun suatu ketika
Lie Cu Seng difitnah, bahwa sebetulnya hasil rampokannya hanya dimakan sendiri.
Lie Cu Seng yang menyamar sebagai rakyat jelata membuat cerita tandingan
tentang kebaikan Lie Cu Seng, sang perampok dermawan. Dalam penyamarannya Lie
Cu Seng juga meminta rakyat untuk memasang lampion di rumahnya. Tujuannya untuk
memudahkan Lie Cu Seng membagikan hasil jarahannya kepada rakyat. Hanya rumah
yang memasang lampion saja yang akan diberikan bagian.
Dan tentu saja Lie Cu
Seng menepati janjinya. Malam hari Lie Cu Seng membagikan hasil jarahannya ke
setiap rumah yang memasang lampion. Lama-kelamaan lampion itu digunakan sebagai
bentuk penghargaan kepada Lie Cu Seng, sang perampok budiman. Sedang budaya
memasang lampion pada akhir tahun baru diartikan sebagai permohonan berkah
kepada para dewa.
Sumber: dari berbagai sumber.
Powered by cat tembok tinting: Kem-Tone, Spectrum dan ColorTone.
COMMENTS