Barongsai adalah tarian tradisional Cina dengan
menggunakan sarung yang menyerupai singa, biasanya hanya dimainkan oleh dua
orang saja. Tariannya pun lebih banyak menggerak-gerakkan mulut singa ke atas
dan ke bawah sambil singa mengangguk-angguk dan bergoyang lucu.
Barongsai kilin atau yang sering disebut sebagai Singa
Utara, tariannya lebih lincah dibandingkan singa biasa atau Singa Selatan.
Untuk menarikan barongsai kilin diperlukan penari barongsai professional,
singa-singa ini bisa dibuat melompat, berdiri, dan berguling. Semua itu
tergantung dari keahlian si penari yang biasanya menguasai akrobatik.
Barongsai yang berupa liong, bentuknya menyerupai naga
yang wajahnya seperti singa, badannya panjang seperti ular dan mempunyai sisik
seperti ikan. Barongsai naga atau liong ini agak susah dimainkan dan biasanya
dimainkan dengan menggunakan ritual terlebih dahulu di klenteng.
Tarian barongsai liong dimainkan oleh beberapa orang.
Gerakannya pun lebih variatif dan indah, bila ditonton dari atas, akan terlihat
seperti naga terbang yang meliuk-liuk di atas langit.
Di dalam tarian barongsai ada istilah ‘Lay See’ yaitu
prosesi barongsai memakan amplop berisi uang atau ampao yang ditempeli oleh
selada air.
Prosesi itu dipercaya dapat membawa keberuntungan
kepada si pemberi ampao. Jadi, mereka yang percaya, selalu berlomba-lomba untuk
mengisi ampao dengan jumlah besar supaya bisa dapat untung besar juga.
Barongsai sendiri masuk ke Indonesia pada abad ke 17
Masehi ketika orang-orang dari Cina Selatan, bermigrasi ke Indonesia. Setelah
sempat dilarang dimainkan di Indonesia, barongsai pun kembali populer di tahun
2000-an, pasca reformasi.
Kini pemain barongsai tidak hanya berasal dari orang
tionghoa saja, sekarang banyak orang pribumi yang juga turut andil menarikan
barongsai.
Awal mula terbentuknya tarian barongsai sendiri
dimulai saat pemerintahan Dinasti Nan Bei (Selatan-Utara) pada tahun 420-589
Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan
pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Kemudian Zhong Que, seorang panglima perang
saat itu, berinisiatif membuat tiruan boneka singa. Boneka singa itu ditarikan
guna mengusir pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Fan Yan. Ketika
menarikannya di depan pasukan gajah, seolah menakut-nakuti gajah-gajah itu. Ternyata
rencanannya berhasil. Mereka menang dalam peperangan.
Sejak saat itulah, tarian barongsai mulai dikenal dan
menjadi sebuah legenda yang diwariskan secara turun temurun. Lambat laun,
barongsai pun menjadi sebuah kebudayaan yang harus dilestarikan.
Sumber: dari berbagai sumber.
Powered by cat tembok tinting: Kem-Tone, Spectrum dan ColorTone.
COMMENTS