Lebaran sudah hampir tiba, persiapan untuk lebaran sudah dilakukan terus apalagi ya?.. O' ya bagaimana persiapan untuk mudik? Berikut ini adalah tips bagi Anda yang akan melakukan mudik Lebaran bersama balita Anda. Nah, agar mudik Lebaran bersama anak berjalan lancar, lakukan beberapa hal berikut ini sebagai persiapan.
Membangun aura kegembiraan dan kebahagiaan di antara Anda dan pasangan sebagai orang tua, dan juga balita. Penting untuk selalu menjaga aura fun ini sebelum dan selama acara mudik lebaran. Orang tua harus bisa nyaman dengan dirinya sendiri. Sebab, selama pergi berlibur, anak-anak cenderung berperilaku tidak seperti biasanya. Mungkin anak jadi lebih rewel dan sering menentang. Orang tua harus menyiapkan diri untuk lebih sabar menghadapi perubahan sikap dan perilaku anak seperti ini. Itu sebabnya, sebisa mungkin jagalah keharmonisan hubungan dengan pasangan. Sedapat mungkin, siapkan mindset Anda untuk tidak diganggu urusan pekerjaan, sehingga Anda bisa benar-benar total having fun!
Bagaimana dengan persiapan fisik? Apakah perlu membawa balita terlebih dahulu ke dokter sebelum berangkat? Kalau balita selama ini sehat-sehat saja, tidak perlu dibawa ke dokter! Tinggal dijaga saja supaya dia tetap sehat. Untuk antisipasi, cukup bawa peralatan P3K, karena selama perjalanan dan di tempat tujuan anak akan sangat aktif bereksplorasi. Jadi, kemungkinan untuk terjatuh, tergores, terluka atau elergi, akan lebih besar. Bawa juga obat penurun panas dan obat anti kejang. Kalau kebetulan balita menjalani terapi khusus, bawa obat-obatan atau vitamin yang harus diminumnya.
Makan tetap nomor satu. Ya, urusan makan selama di perjalanan maupun di kota tujuan, selalu menempati urutan paling atas! Sebab, jangan lupa, untuk bisa menikmati acara mudik, Anda sekeluarga tentu butuh tenaga atau energi. Dan, satu-satunya sumber energi adalah dari makanan.
1. Bawalah makanan-makanan kecil yang padat kalori. Contohnya, kue, roti, atau makanan buatan sendiri. Juga, susu, dan buah-buahan. Tujuannya, untuk mengantisipasi bila sulit mendapatkan makanan yang sesuai atau yang disukai anak, atau kalau anak enggan makan karena asyik bereksplorasi. Dengan memberikan bekal makanan tersebut sebagai selingan, tubuh anak akan tetap mendapatkan energi, sekali pun jadwal makannya mungkin bergeser atau berubah.
2. Risiko pergeseran jadwal makan memang sering tak terelakkan. Selama perjalanan, penerapan jadwal makan seharusnya agak fleksibel, tidak sekaku seperti kalau di rumah. Kalau di perjalanan mampir menginap di hotel, urusan sarapan lebih mudah karena sudah tersedia. Anak-anak boleh memilih sendiri menunya. Prinsipnya waktu makan tersebut bisa diganti. Misalnya, kalau jadwal makan siangnya bergeser, anak bisa diberi makanan pengganti berkadar gizi tinggi, seperti kue, roti, buah, cokelat, atau makanan lainnya. Yang penting diperhatikan adalah kebutuhan gizi dan juga total kalori yang dibutuhkan anak sehari-hari untuk beraktivitas, harus selalu dipenuhi.
COMMENTS